Senin, 30 Mei 2011

Operasi Trisakti Indonesia 2010

Ekspedisi MPA Aranyacala Trisakti di Malaysia
Jumat, 23 April 2010



Ekspedisi MPA Aranyacala Trisakti di Malaysia
Goa itu Diberi Nama "GOA TRISAKTI"
Siang itu, di lobby Gedung Syarief Thayeb Kampus A Universitas Trisakti, duapuluh mahasiswa anggota MPA Aranyacala Trisakti yang tergabung dalam "Operasi Trisakti Indonesia 2010" bertemu dengan Wakil Rektor III Usakti H.I Komang Suka'arsana, SH, MH berpamitan sekaligus memohon restu karena akan berangkat melakukan pemanjatan Tebing Dragon's Horn, Nenek Semukut dan penelusuran Goa Kawasan Karst Perlis, Malaysia.
Ekspedisi ke negeri jiran itu dilaksanakan 23 Februari hingga 14 Maret lalu. Ini merupakan operasi pertama ke luar negeri setelah yang terakhir dilakukan MPA Aranyacala Trisaktike New Zealand tujuh tahun lalu. Selebihnya adalah operasi di dalam negeri seperti NTT, NTB, Sulawesi Selatan, Luweng Ombo, Jayawijaya dan berbagai tempat lainnya.

Dody Prasasti mahasiswa Jurusan Teknik Perminyakan angkatan 2005 yang mengomandani ekspedisi kali ini mengatakan bahwa pada awalnya pada ekspedisi ke Malaysia ini berencana menurunkan tiga divisi sekaligus yaitu panjat tebing, penelusuran gua dan divisi gunung hutan . namun karena terkendala masalah teknis, akhirnya hanya 2 divisi yang dilibatkan yaitu penelusuran gua dan panjat tebing.
Tim Panjat Tebing Trisakti memulai operasinya di Dragon's Horn, Tebing Nenek Semukut, Desa Mukut Pulau Kioman, yang termasuk wilayah Kerajaan Pahang Malaysia dengan ketinggian 710 MBPR. Tetapi ketinggian dari start pemanjatan sampai puncaknya lebih kurang 350 M. Dalam pendakian ini tim cukup menemui tantangan, karena dari catatan yang ada 8 tim yang sudah mendaki tapi hanya 5 tim yang berhasil mencapai puncak termasuk tim dari Trisakti. Tim yang terdahulu yang berhasil berasal dari Amerika Serikat tahun 2000, Belanda dan Australia tidak tercatat tahunnya dan Malaysia tahun 2007.
Untuk Penelusuran Goa dilakukan di Goa Kawasan Karst Perlis, desa Bukit Cabang, Kerajaan Perlis. Di wilayah itu sebenarnya ada sekitar 16 goa yang belum tereksplor. Namun mengingat waktu, tim hanya fokus pada 4 goa saja yang dianggap bagus dan paling besar untuk di eksplor. Dari empat goa yang dijelajahi tersebut, ternyata Tim MPA Aranyacala Trisakti yang pertama kali sampai disana. Masyarakat setempat memang takut memasuki goa tersebut karena ada pantangan untuk masuk kesana.
Dan seperti umumnya di dunia petualangan alam, apabila ada yang berhasil datang ke suatu tempat untuk pertama kali dan tempat tersebut belum diberi nama, maka yang bersangkutan berhak memberi nama pada tempat tersebut. Oleh karena itu tim Usakti memberi nama "Goa Trisakti" yang memiliki luas lebih dari 1900 m2 dengan diameter mulut gua sekitar 40 m. Didalam Goa Trisakti ada 3 ruangan besar, yang pertama diberi nama Cember Thoby (mengambil bagian nama dari Rektor Usakti, Thoby Mutis) dengan luas sekitar 1900 M2, yang kedua Cember Caldera dengan luas sekitar 200 M2 dan yang ketiga  Cember Consina sekitar 190 M2 keduanya adalah nama sponsor kegiatan ini.


Keempat gua yang sudah dieksplor itu dikumpulkan data-datanya lalu didaftarkan ke bagian Pariwisata Malaysia untuk bisa dikembangkan menjadi tempat wisata alam.
"Jadi semua data yang dikumpulkan diserahkan ke UUM dan ke Dubes RI untuk disimpan sebagai arsip dan untuk memperkuat claim kita, bahwa kita merupakan tim pertama yang menemukan goa tersebut. Selain itu kami sudah mempresentasikan dari tingkat pemerintah setempat sampai ke DPR-nya Malaysia tentang keberadaan gua tersebut, sehingga mereka sudah mendapat cukup informasi keberadaan goa tersebut, yang sewaktu-waktu bisa dioperasikan sebagai tempat tujuan wisata. Dan mereka sangat apresiatif akan hal itu dan tak lupa mengucapkan terima kasih kepada tim kita. Dalam ekspedisi tersebut kami mendapat bantuan dari KBRI di Malaysia juga dari Persatuan Pelajar Indonesia di Malaysia yang ada di UUM," terang Dody.
Hal lain yang cukup berkesan selain pengalaman unik penelusuran gua dan pendakian gunung tersebut, tim Aranyacala mendapat sambutan yang sangat baik dari warga setempat. "Memang selain bertujuan melakukan ekspedisi, mempererat silaturahmi antar Negara juga kita tonjolkan. Mereka menganggap bahwa Indonesia adalah saudara tua, karena kebudayaannya hamper sama, dan mereka menganggap bahwa kedua bangsa adalah satu rumpun Melayu. Tentang kebudayaan Indonesia di Malaysia, masyarakat setempat hanya menganggap kebudayaan Indonesia adalah kebudayan yang bisa berkembang di Malaysia, karena orang Malaysia banyak yang mempunyai garis keturunan dari Indonesia. Jadi kalau kebudayaan Indonesia berkembang pesat di Malaysia adalah wajar. Tentang claim kebudayaan Indonesia yang pernah santer dibicarakan di media-media Indonesia, masyarakat Malaysia sendiri merasa tidak mengerti. Mereka hanya menganggap Indonesia demokrasinya lebih baik dari Malaysia, sehingga terjadi banyak protes dan demo-demo," ujar Dody.

Masyarakat Kampus, Vol. 6 No.110 - 7 April 2010http://www.trisakti.ac.id/?page=news&ID=190








Tidak ada komentar:

Posting Komentar